Cerita Dewasa - Gebrakan meja berkali-kali terdengar dari dalam ruangan itu. Amukan meledak tak membuatku berhenti membuat suaraku menjadi pelan. Entah ini hanya sebuah amarah atau memang sebuah skenario yang tercipta agar aku bisa melampiaskan hasratku pada dirinya. Aku membuat dalih, ia tak pernah mengerjakan tugas karena selalu saja mementingkan lomba yang ia ikuti di luar sekolah.

Download Bokep - “Braaakkkk” suara gebrakan meja
“Diam kamu! Sudah saya peringatkan berkali-kali bahwa kamu tidak boleh melalaikan tugas yang saya berikan. Mengerti?” bentak ku dengan nada menggebu-gebu
“Ta... tapi Pak” gadis itu mencoba membuka argumen
“Tidak tapi-tapi, saya tidak bisa mempertimbangkan prestasi kamu dengan nilai yang saya berikan”
Gadis itu tampak sudah tak mampu beradu argumen dengan orang yang tempramental sepertiku.
Diskusi semakin alot. Menjadi sebuah kesempatan bagiku untuk memanfaatkan situasi.
“Kalau kamu ingin naik kelas, akan saya berikan satu tugas” kata ku memberi dia kesemoatan
Raut wajah gadis itu kembali sumringah. Helai rambut bercampur dengan cerah wajahnya mulai mencuat.
“Saya siap menjalankan tugas dari bapak” jawabnya menggebu-gebu
“Baiklah kalau begitu” ujar ku sembari memulai memberikan tugas untuk menunjang nilai mata pelajaran dia.
Sekolah kembali kian sunyi. Saat yang sangat tepat melancarkan aksiku. Tempat yang sudah ku persiapkan sedemikian rupa untuk menjebak gadis itu. Aku sungguh tak sabar. Benar-benar tak sabar. Konakku tak kuasa untuk tetap tidur membayangkan rasanya menikmati indah tubuh dan menjilat paras ayunya.
Gadis berkulit putih, berambut hitam lurus kemilau dan panjang hingga sampai punggung. Ia sangat populer di kalangan para remaja. Mereka semua mengagung-agungkan karena kepandaianya dalam meraih prestasi lomba tingkat nasional. Media selalu meliput dan menggemakan namanya. Melalui sebuah akun jejaring sosialnya ia memiliki banyak sekali pengikut. Sebuah karir yang cemerlang untuk gadis berumur belia dan dia sempurna.
Sayang aku tak rela...
Bila...
Aku tak menikmati tubuhnya...
Perpustakaan itu tak jauh dari ruangan ku. Hanya beberapa langkah aku akan tiba untuk menerkam mangsaku. Seekor kelinci yang sudah aku persiapkan perangkap untuk menyantapnya sebagai hidangan makan siang ku.
“Tugas Kliping, haha” gumam ku
Sungguh mudah sekali membuat ia hanya sendirian di gudang perpustakaan yang bertumpuk ribuan berita lama. Aku memberikan tugas kliping yang sangat sulit dengan mencari berita dalam sebuah media cetak. Pastinya ia akan terus berkutat dengan berlembar-lembar kertas omong kosong sebagai perangkap istimewa untuk menjeratnya.
Aku mengendap pelan memasuki perpustakaan yang besar itu.
“Sudah sepi kah? Jarwo pasti juga sudah pulang” pikirku memastikan keadaan
Keadaan berjalan dengan baik hingga aku mengendap-endap menuju gudang penuh tumpukan koran di ruangan sudut perpustakaan. Tempat yang sangat strategis untuk melancarkan aksiku.
Di dalam perpustakaan masih sangat sunyi tapi satu yang pasti. Suaranya masih terdengar. Suara gadis itu kala sedang membolak-balikkan lembaran kertas berdebu itu. Pandangan mataku semakin tajam ketika melihat pintu gudang sudut ruangan sedikit terbuka. Gadis itu di sana duduk terseok di lantai sambil terus membolak-balikkan untaian kertas tak berguna itu.
Tapak ku semakin dekat dengan langkah mengendap aku berhasil menyelinap ke dalam gudang itu tanpa ia menyadarinya. Sedikit hentakan aku segera menarik jerat perangkap yang telah aku pasang yaitu menutup pintu gudang dari dalam.
“Ceklak” suara kunciannya
“Hah!” Gadis itu dengan sigap langsung menoleh ke belakang
Ia mungkin mengira hanya bertemu dengan gurunya, namun ia sedang menemui harimau kelaparan yang akan menerkan seekor kelinci sebagai santapan pelepas lapar.
Tak sabar menyantap, aku langsung menerkam gadis molek itu. Kurebahkan ia ke lantai dengan menindih tubuhnya.
“Tidaaaaaaaaaakk, lepaskaaaaaaan” pekiknya mengisi ruangan
“Hahaha, Clariza aku sudah lama, hahaha” ucapku dengan nafas tersengal-sengal
“Dasar brengsek ku bandot tua” ucapnya kasar yang tak pantas kepada gurunya
“Plaaakkk!” tamparan keras melesat ke arah paras cantiknya
“Auuuuuwww” ia berteriak
“Dasar! Tidak tau sopan santun, akan ku buat kau menyesal” ancamku
Aku merogoh saku dan mengeluarkan sutas tali yang sudah aku persiapkan untuk memudahkan aksiku. Hal mudah yang bisa kulakukan adalah mengikat tangannya kananya terlebih dulu dengan sangat kencang.
“Hentikaaan Paaaak saya mohooon, Tolooooooooong” teriaknya melolong mengisi gudang ruangan
Clariza terus mencoba melawan dengan memukul-mukulkan tangan kirinya pada tubuhku. Kakinya terus menginjang-injak kaki ku. Namun apa daya, gadis mungil itu benar-benar tak berdaya ibarat kelinci yang sudah berada dalam terkaman cakar harimau.
Langkah kedua, aku lingkarkan tangan kanannya yang telah terikat kuat ke belakang dan menggaandengkan dengan tangan kirinya yang juga akan ku ikat. Ikatan yang sempurna hingga kedua tangannya tak bisa bergerak. Kini saatnya aku mudah menikmati tubuhnya.
Ku dorong ia ke tembok, terlihat ia berusaha melawan namun sudah tak berdaya. Aku sedikit berjalan ke belakang seraya memandangi tubuhnya dari atas ke bawah. Menyantap sebuah hidangan istimewa haruslah dikunyah pelan-pelan sehingga rasa dan aromanya terasa kuat.
Mulai dari betisnya yang berkilau, pahanya yang sedikit tersingkap tertutup dengan rok abu-abu pendek diatas lutut. Payudaranya yang berukuran B juga tampak menojol membuat bet bertuliskan “OSIS” itu sedikit melingkar. Wajahnya yang tampak pasrah dengan pandangan kecemasan, tatapannya yang indah merona seolah ingin mencoba melepasakan dari jeratan dosa tak terlakkan. Hela rambutnya sedikit terurai menutupi pipinya yang merona dan sedikit cubby.
“Mana yang aku pilih, Paha atau Dada?” gumamku dalam hati
Namun tak kuasa menahan aku langsung menyambar bibir indahnya yang sedari tadi tampak tergigit menggigil. Bibir merah delimanya sedari tadi cukup menggoda seolah berkata, cumbulah aku.
Ku cengkram dagunya dan ku jemput kedua belah bibir indahnya dengan, mulut kotor berkumis yang pastinya ia tak akan betah merasakannya.
“Ummmmmmmmmmhhhh” gadis itu mulai mendesah dengan cumbuan yang ia terima
“Cruuuup cruuupp” suara kecupan yang terdengar dalam peraduan cumbu kami berdua.
Ia berkali-kali mengelak memalingkan wajahnya namun cekngraman tangan kasar ku pada dagunya membuat ia dalam keadaan statis, tak berdaya, pasrah untuk tetap menerima setiap kecupan yang kulayangkan pada bibirnya.
Cumbuan kasar berulang kali aku lancarkan padanya berulang-ulang seperti sebuah combo yang tak ada habisnya. Aku memutarkan sedikit alur kepala dan meliuk-liukan kesana kemari. Kudorongg kepalanya hingga menyentuh tembok. Dia tampak tak kuasa menahan serangan fatality yang terus kulancarkan, terlihat dari matanya terus menerus memejam karena tak kuat menahan godaan. Kakinya terus menghentak sedari tadi entah apa yang dia rasakan. Aku berharap beberapa bagian sensitif kewanitaanya mulai terbakar untuk segera dijemput oleh keperkasaaan pria paruh baya sepertiku.
Peraduan cumbu mulai terhenti, kami pun mulai menghirup oksigen setelah menahan nafas demi terpuaskan birahi.
“Fuaaaahhh hahaahha, sungguh cumbuan yang mantap Clariza” goda ku dengan bak seorang profesional dalam adegan video dewasa
Berbanding terbalik dengan gadis polos yang hanya tau tentang kehidupan remaja dan prestasi dalam sekolah itu. Ia terlihat mengigil, takut merinding namun tak berdaya karena cumbuan tadi berhasil membuat dia tak kuat pula untuk menahan serangan-serangan berikutnya.
“Hentikaan Paaak, sayaa mohoooon” rintihnya dengan tatapan dan nada memelas
Tak ku hiraukan rintihannya aku langsung secepat kilat menuju ke belakang tubuhnya. Kulingkarkan kedua tangan ku dan merapatkan telapak tanganku pada santapan istimewa yang kedua.
Buah Dada Clariza
“Tidaaaakk, aaaaaammhh” keluhnya karena jari jemariku menerkam kuat payudaranya yang sudah mulai mengaras
“Hahahaha, bagaiamana aku bisa menahan birahiku bila kedua buah dadamu menyambut remasan-remasan jari-jermariku Clariza” kataku untuk memancing birahi gadis polos tak berdaya itu
“Hentikaaan, akan saya laporkan perbuatan tak terpuji ini” ancamnya sembari terus berusaha melepaskan diri
“Sayang sekali Clariza, kau tak akan bisa melepaskan diri dari perangkap yang aku siapkan” kataku dengan yakin
Gadis itu tampak masa bodoh dengan terus melawan dan menginjak-injak sepatu lars ku. Tenaganya begitu rapuh untuk berusaha melepaskan diri.
Kedua buah payudaranya yang semakin mengeras terus merespon remasan jari-jemari dan telapak tanganku. Sesekali hentakan kaki yang menginjak kaki ku sedikit melemah karena rangsangan yang ku berikan begitu mengena.
“Bagaimana kalau langsung kita saja buka bungkusnya” goda ku
Jari ku mulai merayap pada sela-sela kemeja putih berkancinkan sebuah plastik dan benang yang tak seberapa kuatnya. Tanganku mulai merapat dan...
“Kraaaaakkk” kemejanya terbedah hingga kencing kemejanya terlempar ke mana-mana.
“Tidaaaaaaaaaaaaaaaaakk, hentikaaaaaaan” lolongnya semakin keras tak tertahankan disertau deru tangis
Clariza tampak merasa dipermalukan. Kehormatannya sebagai siswi terpandai dan berprestasi telah terinjak-injak sebagai seorang wanita murahan yang harus merelakan tubuhnya untuk pria bejat yang tak lain dan tak bukan adalah gurunya sendiri.
“Hahahahaha, indah sekali buah dadamu Clariza” pujiku pada ranumnya buah dadanya
“Hentikaaan, saya mohon Pak, tolong uhuhuuhu” rintihnya
Ia mulai kehabisan tenaga untuk berbicara dan merintih sejadi-jadinya.
Secari kain beludru masih menutupi payudaranya. Kain putih bermotif bunga-bunga itu masih masih menghalangi pandangan ku untuk menatap bagaimana bentuk sesungguhnya dari ranum buah dada gadis yang masih SMA itu.
Kembali lagi jari telunjukku menyelip diantara kedua sela payudara dan bra. Sedikit saja tarikan bra itu robek memnyisakan sebuah buah dada bergelayutan dengan pucuk laras puting berawarna merah pink merona yang menggoda untuk dinikmati.
Gadis itu hampir melepaskan diri karena aku tak berkonsentrasi untuk tetap mempertahankan cengkraman pada tubuhnya. Akan tetapi dengan sigap kembali ku lingkarkan kedua tangan ku, dan kurayapkan kembali telapak tanganku untuk mengeksploitas keranuman payu dara Clariza yang telah terbuka dengan sangat mudahnya.
“Hentikaaaan aaaaamhhh” pekikan disertai desahan karena rangasangan pada puting yang ia rasakan
Jari jemariku terlalu nakal untuk tak hanya menikmati kekenyalan payu dara indah darinya, tapi puting-puting melenis yang sedari tadi menggoda sedikit ku sentik dengan jari telunjuk yang kumainkan seirama dengan sedikit desahnya.
“Aaaaaww” desah Clariza setiap aku menyentil putingnya
“Bagaiman Manis? Nikmat bukan? Hahaha” goda ku sembari terus melantunkan remasan dan sentilan pada kedua puting dadanya secara bersamaan.
“Enggak, aaaaaaamhhh” desahnya sembari memejamkan mata karena rangsangan pada dadanya
Aku tak sabar untuk melancarkan serangan selanjutnya.
Tangan ku mulai merayap pada sabuk yang ia kenakan. Segera saja ku buka kancing dan resleting di belakang rok abu-abunya. Begitu mudahnya kain yang mulai lusuh itu melayang indah tersapu oleh gaya gravitasi. Hanya pemandangan indah yang tersisa diatas kedua belah paha yang masih menyisakan kedua pasang sepatu yang ia kenakan. Sebuah gambaran pucuk segitiga masih menyelip ditengah sepasang selangkangannya.
Meski hidangan utama terus menggoda, namun hidangan pertengahan kedua payudaranya masih belum aku cicipi sama sekali. Sekejap mata aku memposisikan diri menghadapkan kedua bola mata pada kedua buah dada ranum yang tengah bergelantung indah pada tubuh gadis remaja itu.
Tanganku masih tak kuasa meremas hingga, mulutku dengan rakusnya menyambar salah satu sepasang buah dada yang nikmat dan mempesona itu.
“Cruuuuuuuuppp” suara peraduan mulut dengan payudara CLARIZA
“Aaaaauumhhh hentikaaaaaann” gadis itu kembali mendesah
Kakinya dari tadi terus menghentak menggelinjang seolah ia mau rebah tak berdaya, namun ia berusaha terus menopang karena tak mau terlihat seperti pelacur rendahan dihadapan orang brengksek yang mengaku dirinya sebagai seorang guru.
Cerup demi cerupan aku sambar salah satu putingnya. Bergantian mana yang lebih nikmat kanan atau kiti semuanya nikmat. Ketika satu ku emut jariku nakal mencibit yang lain hingga membuatnya tak berdaya dan seperti terluka parah batinnya.
“Aaaaaaaammh, aaaaaaahmmmhh” desahnya tak henti-henti
Aku terus berusaha merangsang kedua payu daranya. Kurapatkan keduanya hingga putingnya bergandengan menjadi satu. Serangan yang mematikan aku lancarkan dengan menyeruptu kedua putingnya dalam satu cerupan yang tak terhindarkan.
“Aaaaaaaaaaaaaammmhhhhhhhh, Paaaak, auuuuuuuuhh” desah gadis itu begitu kerasnya
Aku merasa pikiran dia tengah kalut antara harga diri atau menikmati rangsangan yang aku berikan. Melihat wajahnya yang semakin kemerahan menyala tak padam. Menadankan ia sedang dalam keadaan terangsang hebat atau istilahnya horny. Untuk membuktikan seberapa sange ia ku serang bertubi-tubi. Kupastikan pada hidangan utama.
Keuselipkan kedua belah jari telunjuk dan tengah menjadi satu menyisir segituga indah lekuk tubuhnya. Segitiga yang masih terbalut celana dalam putih tipis natural. Kutambahkan jari manis sehingga ketiga jariku dengan kuatnya menyentuh bibir vagina sebagai salam pembuka pada hidangan utama. Namun yang paling mengejutkan adalah...
Selangkangannya Sudah Mulai Basah.
“Hahaha, kamu munafik Clariza, kau bilang hentikan-hentikan tapi kau tengah menikmatinya” ledek ku karena ia benar-benar dalam keadaan horny
“Ummmmmmmhh ummmmmmhh” desahnya seraya menggeleng-gelengkan kepala
Gadis itu sudah tak bisa berkata apa-apa, ia hanya menggeleng-gelangkan kepala karena rangsangan yang aku berikan pada bibir vaginanya.
Gesekan ku teramat lembut dan perlahan selaras dengan pergerakan tubuh gadis itu. Walaupun ia seperti berusahan menahan dengan merapatkan selangkangannya namun ia seperti tak kuasa menahan untuk terus dijamah karena tubuhnya bergerak seirama dengan rangsangan yang kuberikan.
Kembali lagi aku menyambar bibir indahnya sembari meremas buah dadanya dengan tangan kanan serta menyapu indah bibir vagina basah yang masih tertutup celana dalam dengan tangan kiri. Aku menyebut ini dengan combo triple kill secara langsung pada bibir, dada dan vagina.
“Cruuuup currrrpp” kedua bibir kami kembali bercumbu
Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Clariza tampak menerima apa adanya. Ia pasrah tak berdaya atas apa yang aku lakukan. Mungkin dia telah merasakan kenikmatan dunia yang tak terbayangkan.
Tak membutuhkan waktu lama gadis itu pun langsung roboh jatuh ke lantai usai kecupan terakhir yang kuberikan.
Wajahnya yang awalnya cerah kemilau kini memerah seperti matahari senja.
Aku pun juga duduk memposisikan diri sama rendahnya dengan dia. Kulihat rambutnya mulai terurai dengan untaiannya yang menutupi liukan payudara. Paha ranum dengan celana dalam putih masih terisa tampak mengonggok karena dia terseok merebahkan dirinya.
“Ayo kita mulai manis, saya akan pelan-pelan” rayuku menggodanya
“Enggak, tolong, saya tidak bisa Pak” rintihnya mencoba menawar
“Sudahlah, kamu sudah sange kan?” rayku tak henti-henti
Nampaknya gadis itu cukup lihai. Ia membuatku lengah sehingga ia dengan cepatnya melesat menuju meraih gagang pintu. Begitu bodohnya aku tak menyadari bawah ikatan pada tangannya mulai mengendor dan memudahkan ia melarikan diri.
Namun sayang sekali pintu itu telah terkunci, bagaimanapun ia tak bisa melarikan diri. Saat ia asik melihat koran tadi, aku sudah menguncinya sekalian.
Kini ia mulai terjepit dengan merapatkan tangan kirinya untuk menutupi buah dadanya yang sedari tadi telah terbedah.
“Kamu berani bermain-main dengan saya” Bentak ku
“Tidak Pak, tolong hentikan huhuhuhu” rintihnya disertai tangisan pilu
Aku mulai tak sabar dengan molek indah tubuhnya aku kembali menerkem dirinya dan memaksa dia menghadap ke tembok.
Kutarik sedikit pinggulnya sehingga ia tampak membungkuk dan memegangi tembok dengan kedua tangannya yang sudah tak terika kembali.
“Plaaaaakk” kupukulkan telapak tangan pada pinggul indahnya
“Aaaaaaaaaaaaaw hentikaan sakiiit” pekiknya dengan keras
“Ini pelajaran buat kamu, untuk mematuhi apa kata guru” bentak ku
“Plaaaaaaaakk” kembali ku pukul bokongnya
“Aaaaaaaaww, ampuuun paaaak uhuhuu” rintihnya deisertai deru tangis
Tak lama aku segera menarik secarik kain celana dalam yang masih menutupi bagian selangakannya. Ia berusaha merasih dengan tangannya namun, kalah cepat dengan tarikan ku yang kencang. Akhirnya gadis itu mulai telanjang bulat dengan kemeja yang telah membledah serta sepatu kets yang masih ia kenakan.
Tak ingin kesempatan kedua lari lagi, aku langsung menyambar vaignanya dengan jilatan-jilatan yang kulancarkan.
Aku ingin menikmati secara langsung rasa dari sebuah vagina yang telah berlendir dan cairan pelumas vaginanya masih terus mengalir deras.
“Aaaaaaaaaaauuww aaaaaaammhhh” desah gadis itu tak henti-hentinya
Tak kuasa menahan godaan langsung saja aku tarik pinggulnya dengan kuat ke arah sebaliknya. Ia terlempar ke arah tumpukan koran yang sudah iya bongkar sedari tadi.
Gadis itu sudah tak berdaya dengan hanya merayap terseok ke belakang. Ia seolah takut dengan wajah mupeng bak seorang pemain video porno.
“Tidak! Berhenti!” dia terus menerus berteriak
Aku tak menghiraukannya. Berkali-kali ia mengucapkan sumpah searapah namun dengan cepat kembali aku menerkam dia dengan keadaan merebah.
Aku mengunci kedua tangan dan memposisikan diri ditengah bilah selangkangannya yang sudah terbuka lebar. Gadis itu sudah tak bisa apa-apa selain berteriak dan melolong sekuat tenaga karena kesuciannya sebagai gadis polos akan hilang untuk selama-lamanya.
“Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakk” teriaknya
Teriakannya tak mampu terdengar dari luar karena perpustakaan itu sudah sepi dan gudang ruangan itu dangat rapat dan kedap suara.
Aku sudah tak ingin berlama-lama segera menghujamkan bilah senjata keperkasaan ku pada bibir vaginanya yang masih merapat. Perlahan tapi pastu batang kemaluanku terus berusaha menerbos liang kewanitaan gadis itu. Sepertinya ia merasa sakit yang teramat sangat karena ia menggeleng-gelengkan kepalanya hingga berkali-kali rambutnya tersibak.
“Hetikaaaaan toloooooooong uhuhuuhu” teriakan tangis dan permintaan tolong beradu menjadi Satu.
Hujaman penisku begitu kuat hingga berhasil merobhkan diinding selaput hymen miliki dia. Darah segar mulai mengalir dalam setiap inci daging batang yang kutsuskkan. Tarikan dan dorongan kumainkan dengan sedemikian rupa hingga menjebol kesuciannya.
“Sungguh menakjubkan, kamu benar-benar masih perawan hahahaha” ujarku bungah dan merasa bangga
Aku beruntung bisa menikmati gadis 17 tahun yang masih polos dan kesuciannya utuh dengan sempurna. Inilah yang dinamakan kembang perawan.
“Tiaaaaaadaaaaaaaaaaakk, aaaaaaaaaaaawwww” teriak Clariza tak kuasa menahan sakit
Berbeda kondisi dengan ku yang menikmati dengan syahdu, gadis itu tampak merasa tak nyaman, perih dan tercabik-cabik baik secara batin dengan harga dirinya maupun lahir melalui vaginanya yang telah ku ambil kesuciannya.
Meski terasa sedikit sulit untuk memulai hubungan intim dengan gadis yang masih suci, tapi dengan aliran cairan pelumas yang terus ia keluarkan karena merasa horny, ini semakin memudahakan aku memperkosa dirinya.
Kembali aku meremas kedua belah payudaranya agar ia merasa rileks dan tidak hanya terlalu fokus pada bagian bawahnya saja. Perlahan tapi pasti ia tampak mulai nyaman dengan hubungan persengamaan yang aku lancarkan pada dia.
Gerakan naik turun dan mengendur aku lakukan hingga ia tak lagi berteriak kesakitam namun berganti dengan desahan yang tampaknya dia mulai merasakan kenakaan.
“Aaaah aaaaaahh aaaahhh” desahnya
“Bagaimana Clarizam nikmat bukan?” ujarku sembari terus memompa batang kemaluanku
Gadis itu tak mendengaar terus mencoba mencari sela antar merasakan perih dan kenikmatan. Sesekali aku tampak terlalu kencang ia memejamkan mata, berteriak sembari memukul-mukul lenganku yang memegangi kedua pahanya.
“Aaaaawhh aaaaaaaawh aaaaaaaaawhw” desah gadis itu seirama dengan gesekan yang aku berikan
Aku menambahkan seruputuan pada putingnya agar dia terus terangsang. Terbukti setiap aku menjamah puting maupun bibirnya, vaginanya semakin merapat.
“Aaaaaaaaaawhh, aaaaaaaawhwh” desahnya kembali
“Hahahah, memek kamu enak sekali Clariza” sanjungku
“Ummmmmmhh, hentikaaaan” dia masih saja merintih meski tubuhnya tampak menikmati
Aku merasa keki melihat dia tak jujur dengan dirinya. Ku pompa dengan keras agar ia merasa kesakitan dan terbiasa bila melakukan hubungan badan.
“Aaaaaaawww aaaaaaawhh, sakiiiiit aaaaaaaaaaaaawwh” keluhnya sembari memukul lenganku
Tak terasa aku menghasbiskan waktu terlalu lama dalam posisi itu. Aku ingin meraskan posisi yang lain dengan membalikkan badannya. Kubuat ia menunggng dengan wajah terseok di lanta seperti orang sujud. Beruntung lembaeran kertas koran yang berceceram itu menjadi alas yang bagus untuk menopang wajah indahnya.
Ku pompa kembali liang kewanitannya dengan betang kemaluan ku. Sedikit lambat namun berirama. Ku lihat dia tampak sedikit mengejang karena posisi berbeda ini. Lambat laun ia tampak terbiasa. Hingga pada akhirnya aku mencapai klimaks dengan mempercepat ritme yang terus kumainkan.
“Aaaaaaaaaaawhh aaaaaaaaaaaawhh aaaaaaawwh” desahnya denan tempo yang lebih cepat
“Oh Clariza, aku tidak kuat lagi oooooooh” desak ku
“Paaaaaaaak, hentikaaaaaaaan saya mohooon huhuh” rintihnya
Tampaknya ia sudah tau apa yang terjadi bila sperma yang ku keluarkan nanti bila mengisi dinding rahimnya.
Aku memompa lebih cepat dan lebih cepat lagi.
Dengan gerakan yang sangat cepat ketika aku menarik dan mengeluarkan penisku. Ku balik badan Clariza dan ku semburkan cairan putih kental tepat mengenai wajahnya yang cantik dan manis bagaikan seorang putri dari negeri dongeng. Nafasnya masih tersengal-sengal tapi agak terbata karena cairan menjijikan melumeri bibirnya.
Masih belum puas aku memaksanya untuk membersihkan cairan sperma itu dengan membiarkan ia menglumnya.
“Ummppph ummppphh” keluhnya
Pipinya tampak mengelembung karna batang kemaluanku mengisi mulut yang tertutup bibir indahnya.
Tak berlangsung lama aku mencabut kembali batang kemaluanku dan aku mengehembuskan nafas kepayahan karena sudah mencapai batas kejantanan.
Kulihat wajahnya masih berlumur sperma dan ia terkapar tak bisa berbuat apa-apa.
Tubuh indahnya terkulai lemas namun masih menampakan paras ayu di wajahnya.
TAMAT
0 comments:
Post a Comment